Perjalanan Tottenham Hotspur di Liga Europa 2024/2025

Perjalanan Tottenham Hotspur di Liga Europa 2024/2025
Tottenham Hotspur akhirnya mengangkat trofi Liga Europa 2024/2025 setelah menaklukkan Manchester United di partai puncak. Momen itu terjadi di Stadion San Mamés, Bilbao, pada Kamis dini hari, 22 Mei 2025. Satu tembakan terarah dari Brennan Johnson ke sudut gawang menuntaskan kisah “All English Final” ini dengan sorak-sorai kemenangan untuk Spurs. Padahal, petualangan Tottenham menuju final sama sekali tidak mulus—dua kekalahan di fase sebelumnya sempat mengancam ambisi mereka IDCWIN88.
Babak Grup: Awal yang Melelahkan
Sejak babak grup, Tottenham Hotspur sudah menunjukkan karakter pantang menyerah. Dalam enam pertandingan fase grup, mereka mencatat 4 kemenangan, 1 imbang, dan 1 kekalahan. Kekalahan sempat bikin gemetar saat menghadapi tim kuda hitam dari Eropa Timur, di mana lini belakang Spurs bocor di menit-menit akhir. Namun berkat kolektivitas dan perintah dari pelatih Ange Postecoglou, skuad London Utara itu bangkit di dua pertandingan berikutnya dan memastikan diri lolos sebagai juara grup.
- Pertandingan keras melawan klub Portugal yang menegangkan,
- Laga tandang yang menguras energi demi meraih hasil imbang berharga,
- Dramatisnya comeback di kandang sendiri, menambah bahan bakar motivasi.
Babak Knockout: Ujian Mental dan Fisik
Begitu memasuki fase 16 besar, Tottenham Hotspur bertemu lawan-lawan tangguh yang menuntut lebih dari sekadar keahlian teknis. Duel dua leg melawan klub Belanda, misalnya, menampilkan pergulatan taktik dan stamina: leg pertama berakhir dengan skor 2-2 di London, lalu leg kedua dimenangkan Spurs lewat strategi pressing tinggi yang membuat lini tengah lawan kocar-kacir.
Namun di babak perempat final, Tottenham justru mengalami “jangkitan kegagalan” untuk pertama kali: mereka kalah di leg pertama 1-0. Beruntunglah di leg kedua, Postecoglou mengubah formasi menjadi serangan total, memaksa tim lawan bertahan sekuat tenaga, dan akhirnya membalikkan keadaan dengan skor akhir 3-1. Dari situ, semangat “Spurs” semakin berkobar.
Di semifinal, Tottenham Hotspur kembali diuji mentalnya. Kali ini mereka menghadapi klub berpengalaman asal Spanyol yang punya koleksi trofi Eropa mentereng. Leg pertama di kandang Spurs dimenangkan dengan skor 1-0, berkat gol solo run yang memperlihatkan kelincahan Dominic Solanke. Leg kedua di stadion lawan berlangsung panas, dengan dua kartu merah yang menjungkirkan skema bertahan klub Spanyol. Spurs pun lolos dengan agregat tipis namun memuaskan: 2-1.
Momen Final yang Mendebarkan
Pada akhirnya, partai final di San Mamés menjadi puncak petualangan dramatis Tottenham Hotspur. Dari awal laga, atmosfer stadion terasa panas bak bara api. Kedua tim silih berganti melancarkan serangan, pilek satu sama lain bak dua saudara yang bertengkar. Namun Brennan Johnson, bak petir yang menyambar di malam gelap, berhasil mengoyak pertahanan Manchester United pada menit ke-72. Gol itu menjadi satu-satunya yang tercipta, sekaligus menorehkan sejarah baru: kekalahan perdana Man United di Liga Europa musim ini—setelah mereka tak terkalahkan hingga final.
Statistik Menyeruak: Fakta di Balik Trofi
- Jumlah Pertandingan: Tottenham Hotspur bermain 15 laga sebelum final (9 menang, 3 seri, 2 kalah), lalu menambah satu kemenangan di partai pamungkas.
- Produktivitas Gol: Dominic Solanke dan Brennan Johnson menjadi top skor Spurs dengan 5 gol masing-masing. Solanke konsisten mencetak gol di tiga fase berbeda, sementara Johnson memilih momen final untuk menorehkan namanya.
- Kedisiplinan: Meski melewati 15 pertandingan, Spurs hanya mengoleksi 18 kartu kuning dan 1 kartu merah, menunjukkan kontrol emosi yang baik meski tensi pertandingan sering memuncak.
- Penguasaan Bola & Taktik: Rata-rata penguasaan bola Spurs di kisaran 55–60%, dengan formasi berubah-ubah antara 4-3-3 dan 4-2-3-1, tergantung tipe lawan.
Ibarat kapal yang berlayar menembus badai, statistik itu adalah peta yang menunjukkan betapa beratnya gelombang yang dihadapi sebelum berdiri di podium juara.
Perjalanan Tottenham Sorotan Pemain: Dari Kiper hingga Penyerang
- Guglielmo Vicario (Kiper): Menjadi benteng terakhir di fase knockout. Empat penalti ditahan, dua clean sheet, seolah melayang di udara ketika menepis upaya lawan.
- Cristian Romero (Bek Tengah): Sosok tegar yang tak kenal lelah. Setiap kali dia memotong umpan atau memblokir peluang, penonton serasa menyaksikan figur superhero berdiri di jantung pertahanan.
- James Maddison (Gelandang Serang): Kreativitasnya mengalir bak sungai yang tak pernah kering. Umpan-umpannya menusuk pertahanan lawan seperti belati, menghasilkan dua assist penting di fase grup.
- Dominic Solanke (Penyerang): Penentu gol yang sering datang tiba-tiba. Ibarat matahari terbit setelah malam gelap, setiap golnya membawa harapan baru bagi Spurs.
- Brennan Johnson (Winger): Enerjik, cepat, dan punya insting mematikan. Gol finalnya menegaskan kematangan mental untuk tampil di panggung besar.
Perjalanan Tottenham Euforia Fans dan Dampak Bagi Inggris
Kemenangan Tottenham Hotspur bukan hanya selebrasi klub, tapi juga kado manis bagi sepak bola Inggris. Dua wakil Inggris di final (Tottenham vs Manchester United) menegaskan dominasi Liga Premier di kancah Eropa. Para pendukung Spurs, yang selama ini kerap jadi “pecundang romantis,” kini bisa menari di jalanan London—berlomba merayakan kebahagiaan yang sudah lama terpendam.
Bukan hanya soal trofi, ini adalah bukti bahwa kerja keras, taktik cerdas, dan kecerdikan manajemen bisa mengalahkan segala rintangan. Bagi Spurs, trofi ini dicanangkan sebagai awal dari era baru. “Kita bukan cuma membalik buku, tapi menulis babak baru,” ujar salah satu suporter di Twitter; sebuah ungkapan yang merangkum betapa besar harapan mereka ke depan.
Perjalanan Tottenham Apa Selanjutnya untuk Tottenham Hotspur?
Setelah pesta di Bilbao, pertanyaan besar bermunculan: menahan gelombang juara, membangun kestabilan, hingga menyiapkan skuad untuk tantangan Liga Champions musim depan. Bagi Ange Postecoglou, ini bukan saatnya berpuas diri. Masih ada banyak misi yang menanti: memperkuat skuad, mencari talenta muda, dan menjaga semangat juang yang sudah terbentuk.
Mungkin benar, trofi ini ibarat bibit yang baru saja ditanam. Hanya waktu yang akan menentukan betapa tingginya pohon kesuksesan Spurs di masa depan. Namun satu hal pasti: semangat “Hotspur” kini membara lebih tajam dari bara api, siap menghanguskan keraguan dan melaju menuju bab berikutnya.